Post by ronym on Sept 20, 2014 10:40:50 GMT 7
salah satu sifat joule thief adalah
ia tidak akan berhenti bekerja walaupun tegangan baterai sudah mencapai 0,5 volt
( pada beberapa transistor bahkan masih bisa bekerja sampai 0,3 volt )
.
sebagai perbandingan, apabila tegangan baterai sudah turun jadi 1 volt
tidak akan mampu menyalakan jam dinding
oleh sebab itu, pada baterai yang sudah tidak mampu lagi menjalankan jam dinding
akan tetap bisa menjalankan joulethief lebih dari 1 jam
( kadang sampai tegangan baterai menjadi 0 volt )
.
ini artinya jika kita menempatkan baterai lead acid ataupun li ion
akan cenderung merusak baterai
apabila rangkaian dihidupkan nonstop
( baterai akan terus mengalirkan listrik sampai baterai benar-benar kosong
dan akan terus bekerja sampai terjadi "reverse polarity" )
sampai titik ini, baterai benar benar telah "mati"
dan sangat sulit untuk me reverse kembali
.
dengan begitu hanya tersisa baterai jenis NiCd dan NiMH
baterai NiCd lebih tahan disedot habis kapasitasnya daripada NiMH
namun, kondisi full discharge yang dilanjutkan sampai terjadi reverse polarity
( tegangan baterai nyaris 0 volt )
lama kelamaan juga merusak baterai
( umur baterai tidak akan selama biasanya )
.
dengan begitu, joule thief memang lebih cocok memakai baterai sekali pakai
alias baterai nonrechargeable
bisa berupa baterai zinc carbon, alkaline, lithium oxide, silver oxide dan sebagainya
.
ya... idealnya begitu
.
tapi kita inginnya yang lebih hemat bukan ?
bolehlah pakai NiCd
jika baterai NiCd berharga antara Rp 6.000 sampai Rp 12.000
bisa dipakai 10 kali saja ( 10 cycle charge-discharge )
sama artinya dengan memakai 10 baterai ABC biru
( alias sama biaya nya jika kita memakai baterai AA murah dari china atau ABC biru )
.
jika bisa bertahan 60 kali cycle
sama artinya dengan Rp 100 - Rp 200 per cycle
( belum termasuk biaya listrik PLN untuk mengecas baterai )
.
ya... asumsi 60-120 cycle charge-discharge
saya buat dengan asumsi joule thief lebih cenderung merusak baterai lebih cepat
( jika dipakai non stop sampai baterai benar-benar terjadi reverse polarity...
alias sampai joule thief sama sekali tidak mampu lagi menyalakan LED )
.
alternatif lain ( selain memakai charger + listrik PLN )
adalah memakai solar cell
sebagai contoh
www.tokopedia.com/azriny/solar-cell-2volt-for-charger-battery-15volt
.
jika solar cell seharga Rp 16.000 ini
bisa dipakai sampai 100 charging ( yang jelas lebih dari itu )
maka setiap charging ada biaya depresiasi solar cell sebesar Rp 160
sehingga total ( + depresiasi baterai )
adalah Rp 200+Rp 160 = Rp 300
ia tidak akan berhenti bekerja walaupun tegangan baterai sudah mencapai 0,5 volt
( pada beberapa transistor bahkan masih bisa bekerja sampai 0,3 volt )
.
sebagai perbandingan, apabila tegangan baterai sudah turun jadi 1 volt
tidak akan mampu menyalakan jam dinding
oleh sebab itu, pada baterai yang sudah tidak mampu lagi menjalankan jam dinding
akan tetap bisa menjalankan joulethief lebih dari 1 jam
( kadang sampai tegangan baterai menjadi 0 volt )
.
ini artinya jika kita menempatkan baterai lead acid ataupun li ion
akan cenderung merusak baterai
apabila rangkaian dihidupkan nonstop
( baterai akan terus mengalirkan listrik sampai baterai benar-benar kosong
dan akan terus bekerja sampai terjadi "reverse polarity" )
sampai titik ini, baterai benar benar telah "mati"
dan sangat sulit untuk me reverse kembali
.
dengan begitu hanya tersisa baterai jenis NiCd dan NiMH
baterai NiCd lebih tahan disedot habis kapasitasnya daripada NiMH
namun, kondisi full discharge yang dilanjutkan sampai terjadi reverse polarity
( tegangan baterai nyaris 0 volt )
lama kelamaan juga merusak baterai
( umur baterai tidak akan selama biasanya )
.
dengan begitu, joule thief memang lebih cocok memakai baterai sekali pakai
alias baterai nonrechargeable
bisa berupa baterai zinc carbon, alkaline, lithium oxide, silver oxide dan sebagainya
.
ya... idealnya begitu
.
tapi kita inginnya yang lebih hemat bukan ?
bolehlah pakai NiCd
jika baterai NiCd berharga antara Rp 6.000 sampai Rp 12.000
bisa dipakai 10 kali saja ( 10 cycle charge-discharge )
sama artinya dengan memakai 10 baterai ABC biru
( alias sama biaya nya jika kita memakai baterai AA murah dari china atau ABC biru )
.
jika bisa bertahan 60 kali cycle
sama artinya dengan Rp 100 - Rp 200 per cycle
( belum termasuk biaya listrik PLN untuk mengecas baterai )
.
ya... asumsi 60-120 cycle charge-discharge
saya buat dengan asumsi joule thief lebih cenderung merusak baterai lebih cepat
( jika dipakai non stop sampai baterai benar-benar terjadi reverse polarity...
alias sampai joule thief sama sekali tidak mampu lagi menyalakan LED )
.
alternatif lain ( selain memakai charger + listrik PLN )
adalah memakai solar cell
sebagai contoh
www.tokopedia.com/azriny/solar-cell-2volt-for-charger-battery-15volt
.
jika solar cell seharga Rp 16.000 ini
bisa dipakai sampai 100 charging ( yang jelas lebih dari itu )
maka setiap charging ada biaya depresiasi solar cell sebesar Rp 160
sehingga total ( + depresiasi baterai )
adalah Rp 200+Rp 160 = Rp 300