Post by Sucahyo on Nov 18, 2013 11:00:53 GMT 7
Radiant charger adalah alat yang menggunakan kumparan dan transistor untuk mencapai charging yang bisa membuat baterai kosong diisi penuh sebelum baterai sumber habis.
Banyak orang beranggapan bahwa membuat alat free energy dengan radiant charger itu mudah, asal menduplikasi apa yang dibuat Bedini pasti bisa, namun kenyataannya tidak begitu. Penyebabnya adalah:
- Yang banyak tersebar di internet bukan desain murni dari Bedini. Kebanyakan adalah alat yang mencatut nama Bedini. Bedini nggak pakai joule thief. Ada sedikit beda antara desain joule thief dan Bedini SG.
- Bedini menggunakan komponen yang berkualitas tinggi yang dipilih dan diukur sebelum dipergunakan, kebanyakan desain masih menggunakan transistor paling payah di pasaran transistor jengkol 2N3055. Bedini menggunakan transistor MJL21193/MJL21194 yang sepasang seharga sekitar 300 ribuan terakhir saya beli, dia punya satu boks dan dipilihi yang nilai resistansinys sama dan entah apa lagi kriterianya. Walau dalam eksperimen tersebut saya menemukan bahwa transistor TIP41C/TIP42C (6 ribu sepasang) punya efisiensi lebih tinggi.
- Kebanyakan orang berinovasi tanpa tahu apa maksud dari desain yang sudah ada. Kalau mau niru harusnya ngeplek mulai dari bahan sampai susunan dan lokasi komponen. Kalau nggak sama, hasil bisa saja beda.
- Tiap orang punya teori sendiri sendiri. Ada yang mempercayai orang di sekitar Bedini (seperti Tom Bearden atau Peter Lindemann) walau mereka sendiri tidak pernah berhasil membaut alat free energy.
- Ada juga yang memaksakan menggunakan teori konvensional. Kalau pakai teori konvensional maka sudah tentu hasilnya ya tetap konvensional.
Yang banyak terjadi adalah kekecewaan dan penipuan. Uang habis banyak tapi tidak dapat apa - apa.
Kunci dari radiant charger yang baik adalah:
- efisiensi secara konvensional harus tinggi, sepertinya harus diatas 50%. Kasarannya bila arus yang masuk 1 amper maka arus keluar harus paling tidak 500 miliamper.
- Switching transistor harus bagus, makin tajam sinyalnya makin baik.
- Power akan sangat tergantung pada hambatan kumparan. Makin rendah hambatan kumparan makin tinggi power yang di konsumsi dan yang dikeluarkan.
- Panas adalah tanda bahwa switchingnya bagus. Kalau bener maka transistor dan kumparan akan panas tapi baterai yang dicharge akan dingin.
- Bila switching menggunakan mekanik, efesiensi akan tergantung pada ada / banyak tidaknya bunga api di bagian switching. Seratus tahun lalu Tesla bisa mencapi switching 1 Mega Hertz dengan cara mekanik di power megawat tanpa menimbulkan bunga api. Samapai sekarang belum ada yang bisa. Imhotep relay charger yang jalan di frekuensi sekitar 5 Hz keluar bunga api yang bisa melelehkan plastik.
- Efisiensi akan sangat bergantung pada jenis kumparan. Kumparan dengan inti akan punya power besar dan kumparan tanpa inti akan punya voltase lebih tinggi. Toroid biasanya lebih punya power daripada selenoid.
- Pastikan bahwa semua komponen bisa menghandle arus yang dipakai atau dikeluarkan. Kalau source voltage adalah 12V dan hambatan kumparan adalah 1 ohm, bila hambatan keluaran adalah 1 ohm maka dioda atau transistor yang dipakai harus punya rating minimal 6 amper.
Catatan lain:
- Arus yang murni dari kumparan bisa merusak baterai. Untuk itu perlu diselang seling dengan arus normal dari baterai sumber. Rangkaian stingo saya desain agar tidak charge hanya dengan arus dari kumparan saja.
- Radiant charger hanya cocok untuk baterai basah (lead acid), NiCD dan NiMg. Ini karena arus radiant punya daya pisah molekul yang jauh lebih kuat daripada arus normal (cocok untuk elektrolisis). Pada baterai kering, hal ini bisa bikin gel cepat kering.
- Radiant charger tidak boleh digunakan untuk baterai lithium. Padahal baterai ini populer di handphone dan mobil listrik. Resikonya adalah baterai jadi cepat melembung. Kecuali bila voltase dan arus bisa dikontrol sehingga tidak overcharging. Dari pengalaman pribadi, kalau overcharging pakai arus normal paling cuma melembung sedikit sekali, kalau pakai radiant charging langung nggak muat di hp. Kalau ketusuk keluar api sebesar tubuh manusia dan bikin baju bolong saking panasnya. Hati - hati.
- karena punya efek ke kesehatan, alatnya harus dibuat punya efek yang baik untuk manusia. Kalau alatnya bikin pusing segera perbaiki.
Baca juga thread di bagian orgone.
Contoh dari radiant charger:
- Joule Thief, menggunakan kumparan dengan dua primer (kalau trafo pakai CT).
- Solid State Bedini SG, sedikit berbeda dari Joule Thief juga membutuhkan due primer, arus kecil (hambatan besar) untuk trigger dan arus besar (hambatan kecil kawat besar) untuk power.
- Dr Stiffler circuit, model Dr stiffler, mohon di search di websitenya.
- Timer based, switching transistor menggunakan timer.
- Microcontroller based, switching transistor menggunakan microcontroller.
- Imhotep radiant charger, menggunakan relay mobil yang dimodifikasi. Karena switching pakai mekanik bisa keluar bunga api saat dijalankan dan berisik banget.
- Capacitor dumping system, arus dari kumparan ditangkap dulu di kapasitor sebelum digunakan untuk charge baterai.
- Stingo, karya saya pribadi, punya kelakuan agak berbeda dari jenis yang lain.
Banyak orang beranggapan bahwa membuat alat free energy dengan radiant charger itu mudah, asal menduplikasi apa yang dibuat Bedini pasti bisa, namun kenyataannya tidak begitu. Penyebabnya adalah:
- Yang banyak tersebar di internet bukan desain murni dari Bedini. Kebanyakan adalah alat yang mencatut nama Bedini. Bedini nggak pakai joule thief. Ada sedikit beda antara desain joule thief dan Bedini SG.
- Bedini menggunakan komponen yang berkualitas tinggi yang dipilih dan diukur sebelum dipergunakan, kebanyakan desain masih menggunakan transistor paling payah di pasaran transistor jengkol 2N3055. Bedini menggunakan transistor MJL21193/MJL21194 yang sepasang seharga sekitar 300 ribuan terakhir saya beli, dia punya satu boks dan dipilihi yang nilai resistansinys sama dan entah apa lagi kriterianya. Walau dalam eksperimen tersebut saya menemukan bahwa transistor TIP41C/TIP42C (6 ribu sepasang) punya efisiensi lebih tinggi.
- Kebanyakan orang berinovasi tanpa tahu apa maksud dari desain yang sudah ada. Kalau mau niru harusnya ngeplek mulai dari bahan sampai susunan dan lokasi komponen. Kalau nggak sama, hasil bisa saja beda.
- Tiap orang punya teori sendiri sendiri. Ada yang mempercayai orang di sekitar Bedini (seperti Tom Bearden atau Peter Lindemann) walau mereka sendiri tidak pernah berhasil membaut alat free energy.
- Ada juga yang memaksakan menggunakan teori konvensional. Kalau pakai teori konvensional maka sudah tentu hasilnya ya tetap konvensional.
Yang banyak terjadi adalah kekecewaan dan penipuan. Uang habis banyak tapi tidak dapat apa - apa.
Kunci dari radiant charger yang baik adalah:
- efisiensi secara konvensional harus tinggi, sepertinya harus diatas 50%. Kasarannya bila arus yang masuk 1 amper maka arus keluar harus paling tidak 500 miliamper.
- Switching transistor harus bagus, makin tajam sinyalnya makin baik.
- Power akan sangat tergantung pada hambatan kumparan. Makin rendah hambatan kumparan makin tinggi power yang di konsumsi dan yang dikeluarkan.
- Panas adalah tanda bahwa switchingnya bagus. Kalau bener maka transistor dan kumparan akan panas tapi baterai yang dicharge akan dingin.
- Bila switching menggunakan mekanik, efesiensi akan tergantung pada ada / banyak tidaknya bunga api di bagian switching. Seratus tahun lalu Tesla bisa mencapi switching 1 Mega Hertz dengan cara mekanik di power megawat tanpa menimbulkan bunga api. Samapai sekarang belum ada yang bisa. Imhotep relay charger yang jalan di frekuensi sekitar 5 Hz keluar bunga api yang bisa melelehkan plastik.
- Efisiensi akan sangat bergantung pada jenis kumparan. Kumparan dengan inti akan punya power besar dan kumparan tanpa inti akan punya voltase lebih tinggi. Toroid biasanya lebih punya power daripada selenoid.
- Pastikan bahwa semua komponen bisa menghandle arus yang dipakai atau dikeluarkan. Kalau source voltage adalah 12V dan hambatan kumparan adalah 1 ohm, bila hambatan keluaran adalah 1 ohm maka dioda atau transistor yang dipakai harus punya rating minimal 6 amper.
Catatan lain:
- Arus yang murni dari kumparan bisa merusak baterai. Untuk itu perlu diselang seling dengan arus normal dari baterai sumber. Rangkaian stingo saya desain agar tidak charge hanya dengan arus dari kumparan saja.
- Radiant charger hanya cocok untuk baterai basah (lead acid), NiCD dan NiMg. Ini karena arus radiant punya daya pisah molekul yang jauh lebih kuat daripada arus normal (cocok untuk elektrolisis). Pada baterai kering, hal ini bisa bikin gel cepat kering.
- Radiant charger tidak boleh digunakan untuk baterai lithium. Padahal baterai ini populer di handphone dan mobil listrik. Resikonya adalah baterai jadi cepat melembung. Kecuali bila voltase dan arus bisa dikontrol sehingga tidak overcharging. Dari pengalaman pribadi, kalau overcharging pakai arus normal paling cuma melembung sedikit sekali, kalau pakai radiant charging langung nggak muat di hp. Kalau ketusuk keluar api sebesar tubuh manusia dan bikin baju bolong saking panasnya. Hati - hati.
- karena punya efek ke kesehatan, alatnya harus dibuat punya efek yang baik untuk manusia. Kalau alatnya bikin pusing segera perbaiki.
Baca juga thread di bagian orgone.
Contoh dari radiant charger:
- Joule Thief, menggunakan kumparan dengan dua primer (kalau trafo pakai CT).
- Solid State Bedini SG, sedikit berbeda dari Joule Thief juga membutuhkan due primer, arus kecil (hambatan besar) untuk trigger dan arus besar (hambatan kecil kawat besar) untuk power.
- Dr Stiffler circuit, model Dr stiffler, mohon di search di websitenya.
- Timer based, switching transistor menggunakan timer.
- Microcontroller based, switching transistor menggunakan microcontroller.
- Imhotep radiant charger, menggunakan relay mobil yang dimodifikasi. Karena switching pakai mekanik bisa keluar bunga api saat dijalankan dan berisik banget.
- Capacitor dumping system, arus dari kumparan ditangkap dulu di kapasitor sebelum digunakan untuk charge baterai.
- Stingo, karya saya pribadi, punya kelakuan agak berbeda dari jenis yang lain.