|
Post by ronym on Sept 27, 2014 16:39:54 GMT 7
|
|
|
Post by ronym on Sept 27, 2014 16:45:37 GMT 7
apakah benar internet bisa terjadi "kiamat" ? . ada satu kisah menarik yang diceritakan oleh John Titor internet pada tahun 2016 tidak hancur walaupun semua kota di dunia hancur akibat dihantam nuklir ( memang beberapa server dan datacentre hancur ) . ia menjelaskan bahwa ada semacam jaringan wireless yang bisa menjangkau sampai jarak 50km yang bisa beroperasi dengan adanya solar cell dilain topik ia juga menjelaskan bahwa jaringan telepon yang telah mati, digantikan oleh telepon berbasis internet . sebagai orang yang pernah terjun di bidang IT, sedikit banyak saya tertarik dengan penjelasan John Titor sebagaimana kita ketahui, John Titor menceritakan hal ini bahkan sebelum kejadian 911 terjadi ya ia menceritakan hal ini tahun 2000 an . padahal wifi outdoor semacam TPLINK 5210, TPLINK 5110, Ubiquiti Rocket dan sebagainya yang memiliki kemampuan 5-15 km baru ngetrend 4 tahun terakhir . Berikut ini sedikit data teknis dari TP LINK 5210 . . beberapa point penting : jangkauan : 15 km ( dengan antenna internal ) 50 km ( dengan high gain directional antenna ) input listrik : 12 volt / 1 Ampere ( disalurkan melalui PEO alias Power Over Ethernet alias listrik disalurkan dalam satu kabel data ethernet ) . jika diinginkan kabel power terpisah dengan kabel data maka bisa dipilih TP LINK 5110 begitu pula jika ingin dipasang high gain directional antenna, lebih cocok pakai TP LINK 5110 karena menurut beberapa orang yang memakai TP LINK 5210 apabila diberi antenna eksternal, kekuatan sinyalnya malahan tidak sebagus jika memakai antenna internal ( alias sinyalnya mlempem ) sehingga banyak yang menyarankan memakai TP LINK 5110 + antenna eksternal ( high gain directional antenna ) . TP LINK 5210 berharga Rp 400 ribu an TP LINK 5110 berharga Rp 265 ribu an ( jika ditambah antenna high gain totalnya malahan melebihi harga 5210 ) harga segitu boleh dibilang murah, karena harga merek lain jauh diatas itu ( misal ubiquiti rocket paling tidak kita membutuhkan dana Rp 800 rb )
|
|
|
Post by ronym on Sept 27, 2014 16:59:37 GMT 7
3 kriteria diatas ( harga murah, jangkauang jauh dan input DC 12 volt ) membuat TP LINK 5210 dan 5110 layak kita pertimbangkan sebagai media komunikasi "darurat" baik point-to point ataupun multi point . jika kita bandingkan dengan media HT ataupun Radio Transceiver ataupun HAM radio wifi ini memiliki kelebihan karena bisa mengirimkan apa saja yang jelas berupa data digital ( foto, video, video conference, ip telephone, data dan sebagainya ) alias kita tidak terpaku pada komunikasi suara saja . karakteristik tersebut cocok dipakai dalam komunikasi darurat mengingat kadang kita membutuhkan media komunikasi untuk mengirimkan gambar / foto atau berupa live video dan sebagainya bisa juga berupa dokumen text dan spreadsheet
|
|
|
Post by ronym on Sept 27, 2014 17:10:28 GMT 7
apabila kita ingin membangun jaringan internet gotong-royong ( multi point ) dengan menggunakan wifi jenis tersebut kita termudahkan karena kita tidak perlu mengolor kabel yang panjangnya ber kilo-kilo ataupun terkendala dengan listrik yang dibutuhkan berdaya besar . unit wifi + laptop ataupun tablet ( bisa juga hp android ) memungkinkan kita berkomunikasi point to point hanya dengan daya 24-60 watt alias 12 volt dengan arus 3-5 ampere . daya sedemikian kecilnya bisa disupply dengan solar cell + baterai 12 volt . . ataupun generator yang dinyalakan secara periodik + baterai 12 volt 50-100 Ah
|
|
|
Post by ronym on Sept 27, 2014 17:22:08 GMT 7
unit data center ( stationer ) bisa menggunakan hp android yang telah dimodifikasi jalur baterainya ( dihubungkan dengan baterai eksternal + solar cell ) . alternatif lainnya yaitu menggunakan Rasberry PI ( monitor external bisa kita hidupkan hanya jika kita ingin melakukan input ataupun setting tertentu, selama masa on air monitor external bisa di off kan untuk menghemat daya ) . raspberrywebserver.com/. . keduanya ( hp android ataupun Rasberry Pi, bekerja dengan listrik yang sangat hemat yaitu 3-5 volt @ 200-1000 mA . alias dengan daya tidak lebih dari 3 watt kita mendapatkan komputer mini berkemampuan setara dual core atau minimal intel atom . untuk programming kita bisa menggunakan netbook / laptop yang rata-rata membutuhkan listrik 12-18 volt @ 2 - 4 Ampere ( 24 - 48 watt ) ( baterai laptop tidak perlu dipakai karena sama saja memboroskan listrik untuk charging, apabila baterai tidak kita pakai selama menjalankan laptop / netbook )
|
|
|
Post by Sucahyo on Sept 29, 2014 10:30:44 GMT 7
Terima kasih sharingnya. Saya baru tahu bahwa para ISP bakalan mau menghentikan internet. Idenya untuk sharing internet tenaga solar sangat menarik. Sepertinya panel yang dibutuhkan minimal 50wp, karena daya dari access point tersebut tertera 12V 1 Ampere = 12 watt. Untuk bisa jarak jauh, antara antena satu dan yang lain harus dipastikan bebas hambatan, kadang ini susah sekali terpenuhi. Baru tahu ada Raspberry yang bisa dipakai sharing juga. Untuk bisa sharing, kita mungkin terpaksa harus melakukannya secara illegal karena kita menyediakan internet memakai bandwith tanpa ijin: www.tempo.co/read/opiniKT/2013/07/10/4832/Vonis-Janggal-Kasus-IM2"Jika vonis itu dibenarkan, dampaknya bukan hanya pada grup perusahaan PT Indosat atau Indar Atmanto, tapi juga pada seluruh pelaku industri telekomunikasi. Mengikuti logika hakim Tipikor, jika IM2 bersalah, artinya ratusan perusahaan telekomunikasi lain yang mengembangkan kerja sama serupa harus dikategorikan korupsi. Kerja sama SpeedyFlash dari Telkom Speedy menggunakan sinyal Telkomsel, atau Centrin yang menggunakan sinyal XL, sekadar contoh, harus dihentikan karena melawan hukum. Logika vonis hakim Tipikor itu juga sangat merugikan konsumen. Bila logika itu dipakai, semua pengguna jaringan seluler harus membayar Biaya Hak Penggunaan frekuensi. Padahal biaya ini sudah dibayar oleh operator pemilik izin. Artinya, konsumen harus membayar biaya pemakaian Internet jauh lebih mahal daripada yang berlaku sekarang."
|
|
|
Post by ronym on Sept 29, 2014 11:51:13 GMT 7
bener bang, minimal 50 wp . namun untuk dapat berjalan 24 jam paling tidak butuh 100 wp 100 watt = 18volt @ 5,7 - 6,3 Ampere jika matahari bersinar maksimal selama 5 jam, kita akan mendapatkan kapasitas listrik sebesar 25-30 AH . alias 24 jam x 1 Ampere @ 12 volt daya segitu cukup untuk menghidupkan wifi 5110 ataupun 5210 dengan mode "repeater" ataupun "bridge" . alias setiap 5-10km kita menempatkan unit wifi+solar cell yang kita gunakan khusus untuk "repeater" . jika wifi ini berlaku sebagai Access Point ataupun client alias ditambah dengan server / datacenter mini dari HP android ataupun Rasberry Pi paling tidak kita butuh lagi 25-30 AH . sehingga total kita butuh solar cell 200 wp plus AKI dengan kapasitas 100 AH ( lebih baik kapasitas aki dipakai lebih besar, mengingat kadang kita mengalami "defisit" listrik, akibat mendung, hujan ataupun kendala lainnya )
|
|
|
Post by ronym on Sept 29, 2014 12:00:25 GMT 7
he... he... memang bisa dikategorikan ilegal bang namun sampai sekarang freq 2 dan 4 Ghz masih dikategorikan sebagai freq bebas . kalaupun dikenai izin penggunaan freq maka paling pol kita sebagai pengguna akan dikenai kewajiban sebagaimana pemancar Radio Amatir ( ORARI atau minimal RAPI ) . nah kecuali kita bertindak sebagai ISP alias "komersial" lha bisa kena kasus seperti diatas . inilah sebabnya pak Onno W Purbo lebih cenderung ke konsep internet Gotong Royong yang lebih populer dengan istilah "RT RW net" . untuk tercapainya tujuan ini paling tidak dalam 1 kota perlu ada 4 wifi yang difungsikan khusus sebagai repeater / bridge hal ini bisa dilakukan secara gotong royong pihak yang mudah kita ajak kemungkinan besar adalah praktisi IT, guru IT di SMA/MA, dosen yang memegang posisi IT dan sebagainya . dengan konsep "network gotong royong" kita bisa sharing content lokal ataupun "repositories" hasil download dari internet proyek yang sudah jalan misal ilmukomputer.com . mungkin kedepannya kita perlu membuat network lebih ke arah gotong royong mengingat network gotong royong lebih resisten terhadap gangguan eksternal ( apabila satu node mati, kita bisa switch yang lain )
|
|
|
Post by Sucahyo on Sept 29, 2014 16:10:31 GMT 7
|
|
|
Post by ronym on Sept 30, 2014 6:30:09 GMT 7
sebetulnya konsep yang saya tawarkan tidak jauh berbeda dengan antenna wajanbolic atau antenna panci yang selama ini hanya difungsikan sebagai client ( pasif ) alias nembak hotspot untuk dimanfaatkan akses internetnya . adapun konsep yang saya tawarkan adalah "open network" alias setiap kita ( setiap node wifi ) berfungsi sebagai repeater atau bridge syukur-syukur ada "content" yang bisa dibagi-bagi ( content provider ) . jadi diharapkan setiap node wifi bersifat aktif ( tidak pasif ) . untuk mengarah ke tujuan diatas sebetulnya mudah karena kita cukup membujuk sebagian pemilik wifi untuk mengubah wifi nya menjadi mode Access Point ataupun Repeater / Bridge ( tidak diperlukan adanya perubahan setting hardware, antenna dan sebagainya ) . namun IP wifi perlu diubah menjadi ip tertentu yang kita sepakati bersama sebagai contoh dalam satu kota kita sepakati memakai ip berawalan 192.168.1.x apabila unit wifi lebih dari 128 kita buat menjadi 192.168.2.x dan seterusnya sampai semua unit memiliki ip sendiri-sendiri . penomoran ip diatas bersifat sementara karena kaidah penomoran seperti diatas biasanya berfungsi dalam jaringan lokal (LAN) he... he... mana ada server dengan nomor ip 192.168.1.1 . setiap ip perlu disetting namanya menjadi nama yang unik (berfungsi sebagai user name) untuk menghindari terjadinya pemalsuan ip dan username sang administrator jaringan perlu juga mencatat MAC address / SSID ya walaupun kadang ada juga yang bisa membuat MAC address / SSID palsu ( mengubah firmwire alat ) . he..he... menyusun kembali tabel DNS memang tidak mudah apalagi pasca perang nuklir . setiap wifi bisa difungsikan sebagai "telepon" alias VoIP dapat pula difungsikan untuk komunikasi text secara langsung ( misal TELNET ) dan sebagainya yang intinya adalah membuat wifi menjadi node aktif ( tidak hanya berfungsi sebagai client ) . untuk berfungsi sebagai node yang aktif paling tidak wifi tersebut ON AIR selama 5 jam setiap harinya ( wifi dapat langsung dihubungkan ke solar cell melalui sebuah ic regulator misal 7812 ) . pada node tertentu perlu dibuat 24 jam ON AIR sehingga dibutuhkan adanya baterai untuk menyimpan listrik sementara pada siang hari ( atau dibuat kombinasi antara solar cell dengan wind generator )
|
|
|
Post by ronym on Sept 30, 2014 7:35:13 GMT 7
contoh penomoran ip yang sesuai kaidah yang sudah ada yaitu : www.nirsoft.net/countryip/id.html. tabel lengkapnya bisa didownload disini www.nirsoft.net/countryip/id.csv. indonesia telah disediakan alamat ip sebanyak 16.736.256 jadi boleh dikata setiap 20 penduduk indonesia, diwakili oleh 1 alamat ip . sebetulnya penomoran ip bisa ditambah lagi dengan sistem ipv6 namun penomoran ip bisa digunakan sistem lama yaitu ipv4 ( 32 bit ) dengan membuat ip yang ada sebagai root alias nomor ip dibawahnya sebagai ip lokal ( contohnya 192.168.1.1 ) dengan demikian 20 anggota yang diwakili akan memiliki ip masing-masing . ya ibarat kita punya drive C: D: dan sebagainya sebagai "root" dan folder / direktori sebagai "sub" dengan demikian kita akan memiliki alamat ip yang tak terbatas ( sama halnya dengan file yang tak terbatas dengan sistem drive dan directory / folder )
|
|
|
Post by ronym on Sept 30, 2014 8:06:00 GMT 7
salah satu sumber daya dari wifi yang sangat jarang kita pakai adalah kemampuan transmisi data yang mencapai taraf megabyte per second ( Tplink 5110 dan TP link 5210 memiliki kecepatan max 54 Mbps ) . kecepatan akan menurun seiring dengan bertambahnya jarak ( pada jarak 5km kecepatan akan turun menjadi antara 1-5 Mbps ) . ini artinya dengan memanfaatkan semua wifi sebagai node dalam network akan tercapai kecepatan upload/download paling tidak 1 MBps . tentu saja dibutuhkan manajemen traffic data yang baik sebagai contoh untuk komunikasi data darurat / insidental yang memerlukan "bandwidth" yang besar bisa dialokasikan khusus
|
|
|
Post by Sucahyo on Sept 30, 2014 16:17:53 GMT 7
Terima kasih. idenya menarik. Yang diperlukan juga adalah sarana komunikasi yang bisa dipakai. Yang sering dipakai adalah chatting, sehingga perlu chatting server. Dulu ada IRC. mungkin kalau sekarang lebih populer mesenger. Kalau untuk lingkup terbatas, mungkin bisa pakai openfire. Kalau butuh email, setting email dadakan dengan software semacam True OS (BSD) bisa dilakukan. untuk sharing, bisa disediakan, ftp, windows sharing, dsb. Cuma kalau windows sharing di buka, virus sering banyak menyebar. Kalau untuk speed, sekarang standard N sudah bisa 300MBps www.tp-link.com/en/products/?categoryid=212
|
|
|
Post by ronym on Sept 30, 2014 20:58:52 GMT 7
bener bang Sucahyo secara teknologi sudah lengkap dari mulai web browser, IRC ( atau cukup LAN Messenger yang notabene komunikasi peer to peer alias tanpa butuh server ), email, ftp dan sebagainya . teknologi yang ada juga sudah memungkinkan lintas platform ( windows, linux, unix, mac, dll ) . dalam hal kecepatan juga benar seperti apa yang abang sebutkan ( hanya saja untuk wireless N yang punya kekuatan pancar sampai 5 km nampaknya belum populer ) sebagai contoh diatas 54 Mbps ada TP link 7210 yang berkecepatan 150 Mbps . yang belum ada sebetulnya faktor "gotong royong" nya dalam pembuatan jaringan jika 10 tahun yang lalu mungkin kita terkendala belum banyaknya provider yang terhubung ke satelit ataupun kabel fiber optik bawah laut . komunikasi darurat ini bisa diuji di lapangan misal saat Tsunami Aceh dimana faktor listrik sangatlah krusial . inilah mengapa wifi outdoor + solarcell adalah gabungan yang pas
|
|
|
Post by Sucahyo on Oct 1, 2014 9:43:21 GMT 7
Iya setuju. Mungkin karena belum ada kebutuhan juga.
|
|
|
Post by luna sweet on Aug 23, 2016 15:55:46 GMT 7
wah !! ide yang sangat menarik dan kreatif. Dengan teknologi seperti ini akan bisa dimanfaatkan sepenuhnya dibidang sumber daya energi bumi untuk kedepannya.
|
|
|
Post by vinahoki on Aug 23, 2016 16:15:40 GMT 7
Informasi yang sangat membantu teknologi Indonesia untuk kedepannya, lanjutkan.......i like it
|
|